Langsung ke konten utama

MENEROPONG PARIWISATA LOMBOK DALAM PERSPEKTIF GEOGRAFI

Lombok telah menjelma menjadi destinasi wisata dunia. Penghargaan tingkat duniapun diberikan pada pulau yang dikenal dengan pulau seribu masjid, misalnya saja pada ajang World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi. Di ajang tersebut Lombok mendapatkan 3 penghargaan; (1) World’s Best Halal Beach Resort, (2) World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan(3) World’s Best Halal Tourism Website. Prestasi tersebut patut dibanggakan, apalagi dampak dari pesatnya pertumbuhan pariwisata sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Lombok. Namun yang perlu diwaspadai adalah dampak negatif yang selalu mengiringi pertumbuhan sektor wisata. Dampak yang paling bersinggungan adalah ekonomi, sosial, dan budaya.

Semakin besar nilai jual pariwisata suatu daerah, semakin besar pula medan magnetnya untuk investor. Apabila investor sudah menguasai, maka rasio ekonomis selalu menjadi terdepan, mengambil untung sebesar-besarnya dan menghiraukan dampak lain. Apa yang bisa dinikmati oleh penduduk setempat, tidak akan pernah sebanding dengan investor yang datang membeli tanah mereka, menggerus budaya mereka, dan merubah perilaku sosial mereka. Sehingga Iklim pariwisata yang tercipta adalah iklim kapitalis, dimana masyarakat lokal tetap akan menjadi pecundang, menjadi pegawai kecil, petugas kebersihan, dan hal lain dimana mereka tidak punya daya untuk memutuskan harga mereka.

Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka kesenjangan ekonomi, sosial, dan budaya akan semakin menganga. Meneropong pariwisata lombok kedepan, seharusnya ada langkah antisipatif yang harus segera diwacanakan dan menjadi kesadaran kolektif masyarakat Lombok. Marilah kita teropong langkah antisipatif tersebut dari sudut pandang Geografi Pariwisata. Geografi yang titik tekannya pada kajian region dan lingkungan menempatkan pariwisata sebagai kawasan yang memiliki fungsi khusus wisata, namun tetap memperhatikan karakteristik dan daya dukung lingkungan serta manusia yang tinggal di dalamnya. Konsep pariwisata yang ditawarkan geografi berbeda dengan konsep kapitalis. Konsep kapitalis menempatkan pemilik modal untuk bebas mengambil keuntungan sebesar-besarnya, sedangkan geografi menawarkan konsep ekowisata.

Geografi menginginkan pariwisata yang humanis, ekologis, dan berjangka panjang. Ekowisata, lebih mengarah pada pemberdayaan masyarakat lokal untuk menyelenggarakan pariwisata, tanpa menghilangkan keaslian sosial budaya, dan kearifan lokal masyarakat sekitar. Masyarakat memiliki kekuatan penuh mengontrol kegiatan pariwisatanya, sehingga keuntungan tidak lagi menjadi monopoli investor. Hebatnya, konsep pariwisata semacam ini lebih menjaga, melestarikan, dan keberlanjutan.

Konsep ekowisata semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat, misalnya cobalah mampir di ekowisata Bagek Kembar.Basis wisatanya adalah Mangrove, atraksi yang bisa dilakukan disitu antaralain seperti; treking, mancing, futsal, kuliner, outbond dan pastinya adobsi/tanam mangrove. Selain mendatangkan rezeki, fungsi edukasi dan fungsi sosial (gotong royong dan bertanggungjawab)semakin dirasakan oleh masyarakat sekitar. Jika penasaran coba jelajah di Google: Ekowisata Bagek Kembar Lombok, linknya bisa klik disini. Jadi, konsep ini bukan hanya sekedar mimpi, tapi realistis.

Sebagai seorang geograf ,saya ingin berpesan untuk diri saya sendiri dan masyarakat lombok pada umumnya, "menjadi sejahtera itu menyenangkan, namun tetap terhormat di tanah sendiri adalah pilihan". Sangat menyakitkan jika menjadi kuli di tanah sendiri. Orang lain bertambah kaya, masyarakat lokal hanya sebagai penggembira. Ekowisata harus diperhatikan, diseriusi, karena konsep wisata inilah yang menjamin hidup kita selalu damai dan berdampingan dengan alam. salam Geograf.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GEOGRAFI ENTREPRENEURSHIP (GEO-PRENEURSHIP)

JUDUL : Geo-Preneurship "Learn to Action", Inspirasi dan Motivasi Bisnis untuk Mahasiswa Geografi , HALAMAN : 50 Halaman, PENULIS : Armin Subhani & Nurlaila Mubarokah, PENERBIT : Non Penerbit/Cetak Mandiri/Soft File, KONTAK : mas_armin80@yahoo.co.id Mahasiswa harus sadar terhadap ketimpangan antara bertambahnya jumlah angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja. Harus sadar akan kebutuhan perubahan dan kompetisi yang dapat mengubah hidup menjadi lebih baik, dan sadar dengan peluang yang lebih luas. Atas kesadaran tersebut, buku ini mengajak mahasiswa untuk mencoba melakukan restart orientasi dari keinginan menjadi pegawai beralih menjadi pengusaha. Restart orientasi diwujudkan dalam langkah kogkrit, yaitu memulai tindakan menjadi seorang Entrepreneur (pengusaha). Entrepreneur yang mengaplikasikan ilmu geografi, Entreprenur yang mampu membaca kebutuhan produk dan jasa dari perspektif ruang dan waktu, serta dinamika interaksi manusia dengan lingkunga

BERBAGI GEOGRAFI

Apa jadinya jika proposal skripsi mahasiswa: (1) Sekedar memenuhi tugas mata kuliah seminar, (2) tidak bersumber dari masalah sebenarnya, (3)hanya sekedar setor judul, (4) bingung merumuskan dan memutuskan masalah yang ingin diteliti. Senang berbagi dengan teman-teman mahasiswa, mengajarkan cara sederhana menulis sebuah artikel ilmiah, dan mengembangkan menjadi skripsi. Semoga menjadi solusi masalah mereka dalam menyusun proposal skripsi. Lebih menyenangkan lagi sambil bagi-bagi buku Geo-Preneurship (Geografi Entrepreneurship)..mudahan menginpirasi dan bermanfaat. Alhamdulillah target liburan semester ini untuk berbagi melalui pelatihan tercapai. Mari..sapa lagi yang mau menyusul, mumpung libur.

WORKSHOP PENYUSUNAN LEMBAR KERJA SISWA SPATIAL THINKING TO SOLVING PROBLEM

Program Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2021, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan daring. Peserta ditargetkan dari semua guru geografi NTB, khususnya untuk alumni Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi. Kegiatan ini diagendakan tanggal 3-4 Juli 2021. Sebagai tutor adalah ketua program studi pendidikan geografi universitas hamzanwadi Dr. Armin Subhani, M.Pd.