Hanya jarak sehari, dua hari istimewa diperingati. Hari buruh 1 Mei dan hari pendidikan nasional 2 Mei. Seolah-olah tanggal tersebut adalah tanggal keramat bagi keduanya, tanggal yang diambil/terinspirasi oleh suatu peristiwa dan biasanya melekat pada tokoh penggeraknya. Hari buruh terinspirasi oleh aksi buruh di Kanada 1872 yang menuntut 8 jam kerja di Amerika, dan diberlakukan tanggal 1 Mei 1886. Sehingga di sebagian Negara, tanggal tersebut menjadi hari libur dan diperingati sebagai hari buruh dunia. Lain halnya dengan hari pendidikan nasional, tanggalnya lebih terinspirasi oleh sepak terjang tokohnya yaitu Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei. Dari kedua peristiwa tersebut, yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana memaknai rangkaian dua kata, pendidikan-buruh dan buruh-pendidikan.
Pendidikan-Buruh
Pendidikan menjadi tempat menggantungkan impian. Orang tua berharap, dengan pendidikan yang tinggi anaknya bisa hidup sukses dan makmur. Jurusan yang dianggap menjanjikan kesuksesan, subur peminat, sementara jurusan yang tidak dianggap menjanjikan kesuksesan, menjadi luntur peminat. Pola pikir semacam itu, secara tidak langsung telah mempengaruhi orientasi kuliah mahasiswa. Jika diajukan pertanyaan, “setelah lulus mau jadi apa?”, sebagian besar mahasiswa akan merespon dengan jawaban “mencari pekerjaan/melamar pekerjaan dan menjadi pegawai”. Dalam terminologi, orang yang bekerja/pegawai dan mendapatkan upah, masuk dalam kategori buruh. Walaupun dalam realitas sosial , istilah buruh kemudian muncul menjadi istilah buruh berkerah putih (kantoran), dan buruh berkerah biru (pekerja kasar). Kedua istilah tersebut sebenarnya sama, setiap yang bekerja untuk orang lain dan diberi gaji/upah dikatakan sebagai buruh. Intinya saat ini, orientasi pendidikan bagi banyak orang adalah untuk menjadi pegawai (buruh).
Ketika dihadapkan pada realita, dimana jumlah lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan, maka akan tercipta pengangguran terdidik yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data forlap Dikti, jumlah perguruan tinggi (PT) di Indonesia hampir menembus angka 2500. Misalkan setiap tahunnya satu PT meluluskan 1000 orang, kemudian yang terserap lapangan pekerjaan hanya 25%, maka akan tersisa 750 orang memganggur. Dapat dibayangkan jika angka tersebut dikalikan 2500 PT, jumlah pengangguran terdidik terus menerus membengkak setiap tahunnya. Berdasarkan kondisi tersebut, hal terpenting yang harus kita lakukan adalah mengubah pola pikir masyarakat. Pendidikan adalah jalan sukses, namun menjadi pegawai/buruh bukan satu-satunya jalan untuk sukses. Mental yang harus dibangun mahasiswa adalah, lulus kuliah siap kerja, dan siap menciptakan lapangan pekerjaan.
Buruh-Pendidikan
Kecendrungan manusia adalah menyukai hal yang menyenangkan, menghindari masalah, dan bila perlu dapat hidup nyaman tanpa kerja keras. Namun pada kenyataannya manusia tidak bisa menghindar dari masalah, baik yang kaya, miskin, pejabat atau rakyat biasa. Karena itulah kebanyakan orang akan memilih pekerjaan yang tidak banyak mengandung resiko, yang penting nyaman dan cukup. Apapun statusnya, buruh kantoran maupun buruh kasar cendrung memilih nyaman, cukup dengan gaji yang ada, dan tidak berpikir neko-neko. Artinya lebih memilih zone nyaman.
Menjadi buruh/pegawai bukan pilihan akhir untuk sukses. Harus ada loncatan ke zone lain yaitu punya usaha sendiri dan menggaji orang lain (bos), atau berinvestasi. Batu loncatannya adalah pendidikan, pendidikan non formal berupa kursus-kursus, pelatihan dan hal sejenis lainnya. Seorang buruh kasar bisa saja berpindah mempunyai usaha sendiri, kemudian mengembangkannya dan mengupah orang lain. Yang dibutuhkan adalah keinginan kuat untuk berani mencoba, kemudian mengasah keinginannya dengan kursus dan pelatihan. Jangan sampai terjebak pada pintu rezeki yang satu namun melupakan pintu-pintu rezeki yang lain. Pendidikan akan menuntun membuka pintu-pintu yang lain, buruh/pegawai akan lebih sejahtera dengan pendidikan, khususnya tentang pengembangan usaha kecil menengah. Mari bersama mewujudkannya, “selamat hari buruh dan selamat hari pendidikan nasional”.
Komentar